Bahan bakar orang kreatif adalah referensi. Banyaknya referensi akan menghasilkan koleksi inspirasi yang sangat bermanfaat pada saat kita melakukan proses kreasi. Yes, 3 langkah tersebut adalah semacam blue print bagi saya agar terus mempunyai simpanan ide yang memang sangat dibutuhkan dalam pekerjaan sehari-hari.
Referensi —> Inspirasi —> Kreasi
Sebagai praktisi kreatif yang memulai karir saat era internet masih sangat muda dan media sosial belum ada, tidak ada perasaan yang lebih membahagiakan saat menemukan google, pinterest dan banyak website lainnya sebagai sumber untuk mengumpulkan berbagai referensi.
Jadi, cara praktis yang saya lakukan sekarang untuk mengumpulkan banyak referensi adalah:
Membuat folder atau album khusus di smartphone saya.
Buka google, pinterest atau web lainnya, apabila ada iklan, design atau visual yang menarik, saya save di album tadi.
Membuat catatan kecil kenapa saya suka dengan referensi tersebut.
Praktek ini membuat saya mempunyai semacam “bank” inspirasi yang bisa saya manfaatkan pada saat saya berkreasi, misalnya pada saat membuat konten, atau mencari ide untuk project dengan klien.
Salah satu referensi yang banyak saya kumpulkan, salah satunya adalah iklan-iklan cetak lama dari dalam negeri atau pun luar negeri. Selain bernostalgia dengan produk-produk yang mungkin sekarang sudah tidak eksis lagi, saya merasa iklan-iklan “jadul” ini adalah bentuk murni dari iklan sebagai sebuah alat pemasaran yang berpengaruh besar terhadap strategi penjualan.
Berbeda dengan strategi komunikasi sekarang yang seolah-olah alergi untuk “jualan” dalam materi iklan mereka serta mengagung-agungkan strategi soft selling, iklan yang hadir di antara era 70 hingga 90an, mampu mengemas strategi hard selling menjadi materi-materi iklan yang layak dipelajari oleh para praktisi komunikasi di era sekarang ini.
Jujur, sebagai praktisi komunikasi yang telah “diracuni” dengan eksekusi iklan khas festival penghargaan, saya pun merasa satu-satunya cara membuat iklan yang keren adalah dengan strategi soft selling di mana visual harus mindblowing ala karya seni dengan cita rasa tinggi, copywriting harus seminim mungkin (kalau bisa, nggak usah ada, logo brand aja cukup), ide harus out of the box, nggak peduli audience nggak ngerti pesannya. Makin nggak ngerti, makin bagus. Iklan yang dibuat demi penghargaan, bukan untuk membantu brand dalam strategi pemasaran.
Melihat kembali iklan-iklan lawas ini membuat saya belajar lagi tentang bagaimana mengemas sebuah strategi komunikasi pemasaran, mendapatkan referensi visual yang fresh dan menarik, dan yang paling penting bagi saya sebagai seorang copywriter adalah iklan-iklan ini bisa menjadi cara untuk mengasah skill copywriting saya. Iklan-iklan yang berani tampil dengan headline yang panjang namun tetap menggugah saya sebagai audience. Body copy yang menjual dengan cara bercerita. Tagline-tagline produk yang legendaris dan masih diingat hingga sekarang.
Berikut adalah beberapa contoh yang menjadi favorit saya:
Headline iklan Rolls-Royce dari tahun 1957 yang dibuat oleh sang legenda David Ogilvy.
1. At 60 miles an hour the loudest noise in the New Rolls-Royce comes from the electric clock"
Headline yang menjual tentang sunyinya mesin Rolls-Royce dengan cara mengajak pembaca untuk berimajinasi masuk ke dalam mobil Rolls-Royce dan mendengarkan apa yang ada di dalamnya.
Headline dan body copy dari iklan Nike “There’s No Finish Line”
Melalui seri campaign ini saya belajar tentang bagaimana cara mengemas body copy yang membakar semangat, dan menginspirasi.“Mie Goreng Tanpa Perlu Digoreng” Iklan Indomie Goreng pada saat pertama kali diluncurkan di awal tahun 90an. Sebuah produk yang cukup disruptif pada saat itu, dan dikomunikasikan dengan cara yang straight forward namun cukup unik dengan permainan kata yang menarik.
Sebagai praktisi kreatif, atau kalian yang tertarik untuk mencoba menekuni profesi sebagai copywriter, saya sangat menyarankan melihat kembali referensi iklan-iklan lawas untuk mempelajari basic copywriting dan juga strategi komunikasi secara garis besar. Nah, kalau menurut kalian sendiri, apa iklan dengan headline dan bodycopy yang memorable hingga saat ini. Silahkan reply atau tulis komentar kalian di bawah.
Sekian edisi Suka Nulisletter kali ini.
Oh iya, untuk membantu agar newsletter ini masuk ke inbox kalian dan bukan ke tab promosi, kalian bisa memindahkan email ini ke inbox kalian atau bisa juga dengan cara me-reply email ini agar tidak dikenali sebagai spam. Terima kasih.
Sampai Nanti
-tira-
Sangat bermanfaat, keep it up^^
Beberapa minggu lalu lagi mau ngecat, pakailah majalah” lawas buat alasnya. Eh isi majalahnya iklan” lawas (taun 80an sampe 90an). Isinya emang membagongkan sekali 👏🏻👏🏻